Web Seminar via Zoom 17 April 2020 |
SALAM LESTARI!
Wabah Corona virus-19 (Covid-19) mulai dirasakan sangat berpengaruh terhadap menurunnya pendapatan beberapa sector, diantaranya perhubungan, otomotif, manufaktur, pendidikan dan yang paling terdampak adalah sector wisata.
Web seminar yang diselenggarakan oleh Korea Indonesia Forest Center (KIFC) ini bertujuan untuk membahas strategi pemasaran dan penanganan dampak Covid-19 yang dirasakan oleh masyarakat sebagai subyek dari Community Based Tourism (CBT) di TWA Gunung Tunak. Webinar diikuti oleh KIFC, Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA NTB), Direktorat Pemanfaatan Jasa Lingkungan Hutan Konservasi (Dit. PJLHK), Unit Managemen Tunak dan Media. Co-Director KIFC, Sugeng Marsudiarto membuka seminar dengan salam hangat, ada rasa haru bahagia dapat bertemu kembali meskipun tidak bisa bertatap muka secara langsung. Direktur KIFC, Mr.Lee Sung-Gil menyampaikan apresiasi dan rasa bahagia dapat berkenalan dengan para peserta webinar. Dalam paparan pertama Dit PJLHK menyampaikan resiko dan potential loose yang disebabkan oleh Covid-19 ini. Penurunan PNBP wisata alam pada bulan Januari ke Februari 2019 dibandingkan Januari ke Februari 2020 sebesar Rp. 1.494.695.439, dengan data tersebut prediksi penurunan sampai dengan Mei 2020, untuk Bulan Maret 50 % berdasarkan tanggal penutupan kawasan dan April-Mei, nihil untuk PNBP kunjungan karena penutupan kawasan sesuai dengan masa tanggap darurat Covid-19 yang ditetapkan BNPB. Jika menggunakan hasil penelitian di TN Ciremai dan TN Komodo, bahwa Nilai Ekonomi yang bergerak dengan adanya wisata alam sebesar 15 – 20 kali nilai PNBP, maka Potensi Ekonomi yang hilang selama penutupan kawasan adalah antara Rp. 396.716.271.375,- hingga Rp. 528.955.028.500,- demikian terang Yohan. Meskipun demikian dengan optimis Kepala Seksi Kawasan Suaka Alam dan Taman Buru Dit. PJLHK menyampaikan bahwa kita harus yakin bahwa Tunak yang bergerak di sector wisata yang menjadi potential looser bisa menjadi potential winner.
Kepala Balai KSDA NTB, Ari Subiantoro menyampaikan bahwa Taman Wisata Alam di seluruh NTB telah ditutup melalui pengumuman Kepala Balai KSDA NTB nomor PG. 01/K.14/TU/Um/3/ 2020 tanggal 23 Maret 2020 sesuai dengan Surat edaran Menteri LHK nomor SE. 1/MENLHK/SETJEN/SET.1/2/2020 dan SE Dirjen KSDAE No: SE.3/KSDAE/SET/PEG.1/3/2020. Dengan demikian otomatis pendapatan dari sector wisata yang diterima Tunak Besopoq nihil.
Pengembangan wisata alam berbasis masyarakat di Taman Wisata Alam Gunung Tunak yang dikembangkan atas kerjasama Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan dengan Korea Forest Service ini telah diinisiasi sejak tahun 2013, dimulai dengan pembuatan Desain Tapak, pembangunan sarana prasarana wisata alam (guest house, ruang serbaguna, pusat ekologi kupu-kupu, visitor center dan camping ground), pengembangan SDM melalui pelatihan-pelatihan, sekurang-kurangnya telah dilakukan 16 x pelatihan baik di Indonesia maupun di Korea Selatan dengan jumlah peserta sebanyak 312 orang yang terdiri dari masyarakat Desa Mertak, pegawai BKSDA, Dit PJLHK, pegawai pemerintah daerah Kabupaten Lombok Tengah dan Provinsi Nusa Tenggara Barat. Semua itu dilakukan untuk mempersiapkan SDM dalam mengembangkan Tunak demikian terang Ari Subiantoro kepala balai KSDA NTB.
Promosi wisata alam melalui media online untuk membangun optimisme hutan sebagai forest healing harus digaungka agar ketika wabah berlalu, calon wisatawan telah mengantongi Tunak sebagai salah satu bucket list kunjungan mereka. Selain itu diversifikasi produk selain wisata alam dapat dikembangkan, seperti kerajinan tangan, produk olahan makanan dan hasil hutan bukan kayu yang dapat dipasarkan melalui e-commerce dapat menjadi alternative pendapatan saat pandemic, Afifah PEH BKSDA NTB menambahkan.
Saat ini yang bisa dilakukan untuk mempersiapkan lonjakan pengunjung pasca pandemi sebagaimana diprediksi manager Unit Managemen Tunak, Rata Wijaya adalah dengan terus meningkatkan SDM, training MICE (Meeting, incentive, convention and event), dan penambahan jumlah sarana kesehatan dan keselamatan pengunjung, sebagaimana dialami pasca gempa yang terjadi tahun 2018 silam.
Dalam pertemuan tersebut juga disampaikan beberapa langkah BKSDA NTB untuk menangani bencana ini adalah dengan mengalihkan 17 M anggaran dari 43 M anggaran BKSDA NTB untuk penanganan Covid-19, alokasi insentif untuk Unit Manajemen Tunak sebesar 120 juta rupiah meskipun jumlah tersebut masih kurang mengingat jumlah desa yang berbatasan langsung dengan kawasan sebanyak 42 desa dan 127 desa yang tidak berbatasan langsung sehingga dukungan dan support KIFC untuk Tunak masih dirasa perlu, terang Ari.
Sangat penting melakukan Kick off Taman Nasional dan Taman Wisata Alam di awal pasca pandemic dengan membuat branding Hutan sebagai Healing solution, mengadakan event serentak berupa edukasi di seluruh TN/TWA, hutan sebagai wisata keluarga, seperti sepedaan, berkemah, memancing, yoga, bird watching, galm camp, dan herbal therapy serta berbagai aktivitas yang bisa menyembuhkan jiwa dan raga, Yohan kembali menerangkan.
Kepala Sub Bagian Tata Usaha, Lugi Hartanto menyampaikan bahwa perlu menyusun SOP menghadapi force majeur sebagai langkah mitigasi bencana yang dapat digunakan kedepan, sehingga tidak terkaget-kaget seperti saat Covid-19 ini melanda. Lalu M. Fadli, selaku Kepala SKW I Lombok menambahkan perlu tambahan sarana kebersihan, untuk cuci tangan, spanduk himbauan dan support kepada Tunak Besopoq, pentingnya berbagi peran dalam penanganan Covid-19 ini juga diangkat oleh beliau. Mewakili masyarakat, sekretaris Tunak Besopoq. Lailatul Zahri dengan rasa bahagia menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya atas perhatian dan support KIFC dan BKSDA NTB.
Lee Sung-Gil selaku Direktur KIFC menyampaikan akan segera membahas langkah support yang dapat diambil dalam penanganan covid -19 bagi masyarakat Desa Mertak khususnya Tunak Besopoq dan sangat mengharapkan dapat bertemu dan bertatap muka langsung dengan masyarakat di Tunak sesegera mungkin wabah ini berakhir tukas beliau.